Hadist

Narrated By Abu Sa'id Al-khudri and Abu Huraira

The Prophet said, "No fatigue, nor disease, nor sorrow, nor sadness, nor hurt, nor distress befalls a Muslim, even if it were the prick he receives from a thorn, but that Allah expiates some of his sins for that."

Wednesday, May 16, 2007

belajar dari keledai

Belajar dari Keledai

Di sebuah desa, seorang petani kehilangan keledainya.
Capek mencari, tak dia temukan juga keledai itu. Tapi,
ketika dia lelah mencari dan duduk di bagian belakang
rumah, samar telinganya mendengar ringkik memelas dari
keledainya. Suara itu lirih, sedih. Tapi di mana? Dan
kenapa suara itu bergema?

Beringsut, petani itu mencari sumber suara. Dan, jauh di
belakang rumah, di dalam sumur kering yang tak terpakai,
dia temukan keledainya, bergerak gelisah, memekik. Petani
tua itu tak tahu harus berbuat apa. Menarik keledai ke
atas, tentu dia tidak kuat. Juga bagaimana menariknya?
Lama berpikir, akhirnya dia pun pasrah. "Keledai itu telah
tua, dan sumur itu terlalu berbahaya jika dibiarkan saja,"
batinnya.

Ia pun memutuskan untuk mengubur si keledai di sumur itu.
Dengan mengajak beberapa tetangga, dia mulai mengayuh
sekop dan melemparkan timbunan tanah ke dalam sumur.
Ditutupinya telinga, agar tak mendengar pekikan keledai
yang seperti kehilangan harapan, dan dia meminta tetangga
mempercepat menimbun tanah ke sumur. "Kian cepat, makin
lekas tangisan keledai itu hilang," pikirnya.

Dan benarlah. Tak lama, tak terdengar lagi suara keledai
dari dalam sumur. Karena menyangka sudah tertimbun, dia
dan tetangga melongok ke dalam sumur. Tapi, pemandangan di
bawah begitu mengagetkan mereka. Takjub. Terpukau.
Ternyata, keledai itu masih segar-bugar, dan sibuk
menggoyang-goyangka n badannya. Setiap satu sekop tanah
jatuh menimpa tubuhnya, keledai itu akan menggoyangkan
punggunya, menggugurkan timbunan tanah itu. Dan setelah
tanah turun, keledai akan memijaknya, menjadikan titik
tumpu. Menyadari hal itu, kian bersemangat petani dan para
tetangga menimbunkan tanah. Keledai terus saja mengibaskan
tubuhnya, dan bergerak naik seiring tanah yang kian banyak
memenuhi sumur. Dan tak sampai setengah hari, sumur itu
pun mulai penuh tanah, dan keledai itu meringkik,
meloncati bibir sumur, dan berlari. Pergi.

Kehidupan, akan terus menuangkan tanah dan kotoran
kepadamu. Hanya ada satu cara untuk keluar dari kotoran
--kesedihan, masalah, cobaan, dan lainnya-- itu, yakni
dengan menggerakkan tubuhmu, membuang segala kotoran itu
dari pikiran dan hatimu. Dengan cara itulah, kamu dapat
menjadikan semua masalah sebagai pijakan, melompati sumur
kesengsaraan.

Keledai itu memberi contoh terbaik. Dan tak ada salahnya,
kita belajar dari keledai.

No comments: