Hadist

Narrated By Abu Sa'id Al-khudri and Abu Huraira

The Prophet said, "No fatigue, nor disease, nor sorrow, nor sadness, nor hurt, nor distress befalls a Muslim, even if it were the prick he receives from a thorn, but that Allah expiates some of his sins for that."

Wednesday, December 19, 2007

MA'RIFATULLAH



Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah.“…” (Q. S. Ar Ra’d (13) : 16)

RINGKASAN PENGANTAR KAJIAN MA'RIFATULLAH


Pembahasan ini merupakan pembahasan yang wajib diketahui oleh setiap muslim, sebagaimana wajibnya seorang muslim untuk mengenal Tuhannya, Allah Swt. Pembahasan ini merupakan pengantar dari kajian Ilmu Tauhid (Ke-Esa-an Allah Swt.) dan berdampingan dengan pembahasan mengenai Ma’rifatul Insan (mengenal manusia). Diharapkan dengan menguasai kajian-kajian tersebut seorang hamba dapat lebih mengenal dirinya sebagai hamba dan bagaimana seharusnya bersikap sebagai hamba, dan juga lebih mengenal Tuhannya, Allah Swt., sehingga ia mengetahui bagaimana ia bersikap di hadapan Tuhannya serta beribadah sesuai dengan apa yang dikehendaki Nya menurut apa yang disukai Nya.

Sebagai contoh dari harapan pembahasan ini adalah mengenal (salah satu) Sifat Allah Swt., bahwa Ia Swt. adalah Maha Besar dan sebaliknya bahwa manusia penuh dengan kelemahan. Setelah mengetahuinya diharapkan seorang hamba akan dapat merasakan Kebesaran Allah Swt. dan merasakan kelemahan dirinya sehingga tidak ada lagi padanya sifat sombong, merasa hebat, merasa besar, merasa paling benar dsb.

Begitu pula dengan memahami bahwa Allah Swt. adalah Sang Pemberi Rezeki misalnya, maka diharapkan dapat menghilangkan pula sifat ketergantungan seorang hamba kepada hamba yang lainnya dari sisi ekonomi yang menyebabkannya dapat terjajah baik secara fisik, ideologi, pemikiran, sosial, politik atau yang lainnya.


I. LINGKUP PEMBAHASAN
Dalam materi (awal) Ma’rifatuLlah ini lingkup pembahasan dibatasi kepada pengertian Rabb, di mana Allah Swt. adalah Rabb seru sekalian alam. Adapun pengertian Rabb adalah Pencipta, Pemilik, Penguasa, Pengatur dan Pemberi Rezeki, di mana kita sebagai muslim mengetahui dan meyakini permasalahan ini adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi.

Allah Swt. berfirman:

“Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah.“…” (Q. S. Ar Ra’d (13) : 16)

“Allah menciptakan segala sesuatu…” (Az Zumar (39) : 62)

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberinya rizkinya…” (Q. S. Hud (11) : 6)

“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman.” (Q. S. Al An’aam (6) : 12)

Pengertian Allah Swt. sebagai Rabb seru sekalian alam ini pun diakui oleh orang-orang kafir jahiliyyah sebagaimana tertera dalam ayat:

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: ’Allah’,…” (Q. S. Az Zukhruf (43) : 87)

Bahkan iblis, makhluk yang telah dilaknat Allah Swt. seperti yang tertera dalam Al-Quran, juga mengakui hal ini sebagaimana tertera dalam ayat berikut:

“…Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Q. S. Al A’raaf (7) : 12)

Dari sini terlihat bagaimana sangat mengherankan jika kita melihat dalam kenyataan, adanya orang yang tidak mengakui keberadaan Allah Swt. atau tidak mengakui Allah Swt. sebagai Pencipta (na'uudzubiLlah). Karena seperti terlihat jelas dalam ayat di atas, bahkan iblis pun mengakui bahwa Allah Swt. telah menciptakannya dari api. Dalam ayat tersebut pun terlihat bagaimana iblis juga mengakui bahwa kelebihan yang dimilikinya merupakan pemberian murni dari Allah Swt. (namun iblis menolak taat kepada Allah Swt. yang menyebabkannya menjadi terlaknat – na’uudzubiLlah). Lalu dimanakan derajat orang yang tidak mengakui eksistensi Allah Swt.? Sekali lagi: Na’uudzu biLlahi min dzaalik.


II. KEKUATAN DALIL
Eksistensi Allah Swt. sebagai Rabb seru sekalian alam ini dikuatkan oleh berbagai dalil-dalil dan bukti-bukti yang kuat yang telah disiapkan Allah Swt. untuk manusia dalam berbagai bentuk bagi orang-orang yang mau menggunakan akalnya dan menggunakan petunjuk yang telah diberikan kepadanya.

a. Dalil Naqli (Al Quran dan As Sunnah)
Begitu banyak dalil dalam Al Quran yagn menyatakan bahwa Allah Swt. adalah Pencipta, Pemelihara, Pengatur, Penguasa seluruh alam semesta seperti yang telah banyak disebutkan di atas. Dalam firman Nya yang lain, bahkan Allah Swt. memperkuat persaksiannya seperti terlihat dalam ayat:

Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)". (Q. S. Al An’aam (6) : 19)


b. Dalil ‘Aqli (Rasio / akal)
Allah Swt. berfirman:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (Q. S. Ali ‘Imraan (3) : 190)

Begitu banyak bukti Kebesaran Allah Swt. yang dengan mudah akan kita dapati di sekeliling kita, atau bahkan lebih dekat lagi, yaitu pada diri-diri kita. Bagaimana Allah Swt. telah dengan sempurna menciptakan alam raya ini dengan sedemikian teraturnya, sedemikian sempurnyanya yang semuanya tidak lain hanya menunjukkan Kebesaran Nya semata.

Seorang cendekiawan Turki terkemuka, Harun Yahya, dalam salah satu karyanya menerangkan bagaimana fakta penciptaan yang ada sangat menunjukkan keberadaan Sang Pencipta, Allah Swt. Hal ini dapat dilihat dalam sebuah contoh kasus sederhana, di mana beberapa makhluk tertentu (serangga, dari salah satu jenis lalat) memiliki kemampuan untuk menyerupai makhluk lain yang dapat menakut-nakuti hewan pemangsa.

Dari contoh kasus kecil ini terlihat bagaimana seekor serangga kecil yang tidak memiliki jaringan otak yang memadai untuk berpikir dapat melakukan sebuah aksi yang menakjubkan dalam mengusir pemangsanya dengan menyerupai hewan lain yang ditakuti oleh si pemangsa.

Pertanyaannya adalah: Riset seperti apakah yang sudah dilakukan si serangga tersebut sehingga ia bisa mengetahui apa yang ditakuti lawannya dengan otaknya yang sedemikian kecilnya? Berapa lama dia melakukan riset tersebut padahal kebanyakan serangga hanya berumur beberapa minggu saja? Dari manakah ia mendapatkan data tentang hewan yang ditakuti pemangsanya tadi? Dan jika semua itu telah didapat, bagaimanakah ia mempersenjatai dirinya dan melengkapi dirinya dengan perangkat-perangkat yang dapat membuatnya menyerupai hewan yang ditakuti pemangsa tadi (padahal perangkat tersebut tidak lain adalah anggota tubuhnya sendiri yang telah dimilikinya sejak ia ada di muka bumi ini)?

Sungguh, dalam setiap penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda Kebesaran Allah Swt. bagi orang-orang yang berakal. Benarlah Allah Swt. dan Rasul Nya saw.


c. Dalil Fithrah (Bukti Fitrah)
Setiap fitrah manusia yang lurus akan mengakui keberadaan Rabbnya dan Rabb seru sekalian alam, Allah Swt. Hal ini digambarkan oleh NabiyuLlah Ibrahim as. ketika dalam ‘masa pencarian’nya seperti terlihat dalam ayat berikut:

“Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. Kemudian tatkala melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”.” (Q. S. Al An’aam (6) : 76 – 79)

Selain itu, jauh sebelum manusia diturunkan ke muka bumi, Allah Swt. telah mengambil persaksian dari setiap jiwa untuk mengakui Allah Swt. sebagai rabbnya. Hal ini dapat dilihat dalam Al-Quran pada ayat:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Q. S. Al A’raaf (7) : 172)


III. BUAH DARI MENGENAL ALLAH SWT.
Hasil yang diharapkan dari kita mengenal Allah Swt. adalah bertambahnya iman dan takwa kita kepada Nya, yang semuanya tercermin dalam setiap betikan hati kita – baik dalam niat ataupun yang lainnya, tutur kata kita dan tingkah laku serta amalan kita. Hal ini menyebabkan kita dapat meraih manfaat-manfaat besar lainnya yang Allah Swt. anugerahkan , baik di dunia maupun di akhirat.

1. Manfaat Di Dunia
a. Al-Hurriyah (Kebebasan) dan al-Amn (Keamanan)
Kebebasan bagi orang yang mengenal Allah Swt. didapatnya dengan bebasnya diri hamba tersebut dari keterikatan dan ketundukan kepada selain Allah Swt. Dengan mengenal Allah Swt. sebagai Pemberi Rezeki contohnya, dapat menjadikannya bebas dari sifat-sifat rendah seperti tamak, keinginan memiliki yang bukan miliknya atau bebas dari keterjajahan dari negara penghutang misalnya. Mereka pun merasa aman karena mengetahui bahwa Allah Swt. adalah Pengatur segala sesuatu yang tidak akan terjadi sesuatu pun melainkan dengan Kehendak Nya semata, sementara mereka merasakan jaminan perlindungan Nya disebabkan keimanan mereka. Allah Swt. berfirman:

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q. S. Al An’aam (6) : 82)

b. Ath-Thuma’niinah (Ketenangan)
Ketenangan ini merupakan anugerah Allah Swt. yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki Nya dari hamba-hamba Nya yang senantiasa berdzikir kepada Nya, di mana hal ini tidak mungkin terjadi jika seorang hamba tidak mengenal Nya. Allah Swt. berfirman:

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q. S. Ar Ra’d (13) : 28)

c. Al-Baraakaat (Keberkahan)
Allah Swt. menjanjikan keberkahan ini bagi negeri-negeri yang penduduknya beriman dan bertakwa dalam firman Nya:

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q. S. Al A’raaf (7) : 96)

d. Al-Hayah ath-Thayyibah (Kehidupan yang Baik)
Allah Swt. berfirman:

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q. S. An Nahl (16 : 97)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik ra., dia berkata bahwa RasuluLlah saw. bersabda: “Allah tidak menzhalimi suatu kebaikan bagi seorang mukmin. Kebaikan itu diberikan kepadanya di dunia dan diberikan pula pahalanya di akhirat. Adapun orang kafir, maka diberi makan di dunia karena aneka kebaikannya, sehingga apabila dia telah tiba di akhirat, maka tiada satu kebaikan pun yang membuahkan pahala.” (H. R. Muslim)

2. Manfaat Di Akhirat
a. Al-Jannah (Surga)
Selain manfaat di dunia, Allah Swt. juga menjanjikan tempat kembali yang baik bagi orang-orang yang mengenal Nya sesuai yang dikehendaki Nya, serta beramal dengan ilmunya dengan beribadah kepada Nya sesuai yang dikehendaki Nya dan disukai Nya. Janji Allah Swt. ini termaktub dalam ayat:

“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (Q. S. Yunus (10) : 25 – 26)

b. MardhatiLlah (Keridhaan Allah Swt.)
Allah Swt. berfirman tentang janji keridhaan Nya ini dalam ayat:

“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Q. S. Al Bayyinah (98) : 8)


Demikianlah, bahwa Ma’rifatuLlah (mengenal Allah Swt.) adalah sebuah ilmu yang wajib difahami oleh setiap muslim yang dengannya (dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari) dapat menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan yang dijanjikan baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mengenal Nya sebagaimana Ia Swt. menginginkan kita mengenal Nya. Hanya kepada Nya lah kita menyembah dan hanya kepada Nya pulalah kita memohon pertolongan. Tiada daya dan kekuatan selain dari Nya Yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa.

No comments: